Oleh: Ustaz Ali Fathullah
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: “Ketika perang Khaibar Rasulullah saw bersabda: “Sungguh akan kuserahkan panji ini kepada seorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan Allah akan memberikan kemenangan melalui tangannya”. Umar ra. Berkata: “Saya bukan orang yang sukakan kedudukan sebagai ketua, kecuali pada hari itu, maka saya tunjukkan diri dengan harapan agar dipanggil oleh Nabi untuk tugas mulia itu. Akan tetapi Rasulullah saw memanggil Ali bin Abi Thalib lalu menyerahkan panji itu kepadanya, seraya bersabda: “Berjalanlah dan jangan menoleh ke belakang sebelum Allah memberi kemenangan kepadamu.” Kemudian Ali melangkah beberapa langkah lalu berhenti tanpa menoleh dan berkata: “Wahai Rasulullah, atas apakah aku memerangi orang? Rasulullah saw menjawab: “Perangi mereka!, jika nanti mereka bersaksi bahawa tiada tuhan kecuali Allah dan bersaksi bahawa Muhammad itu utusan Allah, jangan kau perangi, kerana darah dan harta mereka terpelihara, kecuali dengan haknya dan perhitungan amal mereka terserah kepada Allah.” (Maksud hadis Riwayat Muslim)
Dalam hidup di dunia ini, kita dihadapkan kepada dua pilihan, tiada ketiganya; Islam atau jahiliyah, petunjuk atau kesesatan, al haq atau al batil.
Membuat pilihan mana satu di antara keduanya, merupakan kemerdekaan yang Allah beri kepada manusia, tidak kepada binatang, maka binatang tidak dipertanggungjawabkan atas segala amal-amalnya di hadapan Allah seperti halnya manusia.
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Maksud firman Allah S. al Baqarah/2:256)
Ketika memilih menjadi Muslim, bererti kita juga memilih untuk menjadi pembela Islam..
“Wahai orang-orang yang beriman, Jadilah kamu semua penolong-penolong (agama) Allah!……….” (Maksud firman Allah S. Ash Shaff/61:14)
“Siapa di antara kamu melihat kemungkaran, hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, jika tidak mampu, dengan lisannya, jika tidak mampu, maka dengan hatinya, yang demikian itu adalah selemah-lemah iman.” (Maksud hadis Nabi saw.)
Bagi muslim, dakwah tidak terpisahkan dari dirinya, ia merupakan darah yang menyatu dalam dagingnya, Jadi ia tidak mungkin hidup tanpanya.
Menjadi da’ie, itu suatu karunia dan kehormatan dari Allah, suatu kebanggaan mengatasi nilai dunia apa pun yang biasa dibanggakan pemiliknya.
“Allah memberi hidayah kepada seseorang melalui usahamu, itu adalah lebih baik bagimu dari dunia dan seisinya” (Maksud hadis Nabi saw)
“Wahai orang-orang yang beriman! Barangsiapa di antara kamu yang murtad (keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka, dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Mahamengetahui.” (Maksud firman Allah S. al Maidah/5:54)
Orang yang memahami bahawa dakwah adalah sebaik-baik pekerjaan, adalah kerja yang memberi keuntungan yang berterusan dan berlipat ganda, yang menjadikan hidup dalam keberkatan, adalah tugas mulia para rasul yang dilanjutkan oleh para sahabat, tabi’in dan tabiut taabi’iin, termasuklah para shiddiqiin, syuhada’ dan shalihiin, yang merupakan sebaik-baik teman di dalam surga nanti, mereka yang memahami hakikat ini sangat gembira dengan kedudukan mereka sebagai da’ie, kogan kata hidup mereka menggambarkan hakikat kegembiraan hati mereka:
نحن دعاة قبل كل شئ
“Nahnu=kami, du’aat=para pendakwah, qabla=sebelum, kulli=segala, syay-in=sesuatu”
Dakwah bagi mereka adalah keutamaan hidup sebelum yang lain. Peribadi-peribadi beginilah yang telah mengangkat panji-panji Islam, menghidupkan perjuangan Islam dari zaman ke zaman, sehingga Islam sampai ke zaman ketika kita hidup kini.
Sebagaimana Allah telah tawarkannya kepada orang-orang yang hidup di zaman Nabi saw dahulu, sebagaimana para sahabat merebut peluang tawaran tersebut, adakah kita telah memilih juga apa yang telah dipilih oleh para sahabat, tabi’in dan para tabiut taabi’iin?
“(Ya Allah!) tunjukilah kami jalan yang lurus (iaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan ( jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (S. al Fatihah:6-7)
Inilah peluang, inilah kesempatan, mari kita merebutnya sama-sama!